Cari Blog Ini

Sabtu, 18 Oktober 2014

Simple Plan

Hasil gambar untuk simple plan
Simple Plan adalah band pop punk asal Montréal, QuébecKanada. Sejak terbentuk mereka tidak pernah mengalami pergantian personel dan mereka adalah Pierre BouvierJeff StincoSébastien LefebvreChuck Comeau, dan David Desrosiers. Sampai saat ini mereka telah merilis 4 album studio: No Pads, No Helmets...Just Balls (2002), Still Not Getting Any... (2004), Simple Plan (2008), danGet Your Heart On! (2011).

1999: Pembentukan Simple Plan

Pada tahun 1996, band Reset dibentuk oleh Pierre Bouvier, Chuck Comeau, Philippe Jolicoeur, dan Adrian White.[1] Reset melakukan tur di Kanada bersama MxPx, Ten Foot Pole, dan Face to Face, walaupun mereka tidak terlalu berhasil mendapatkan popularitas.[2] Album perdana mereka, No Worries, dirilis pada 1999. Tak lama, Chuck Comeau pergi dari band untuk masuk kuliah.[1] Dua tahun kemudian dia bertemu dengan teman-temannya semasa SMA, Jeff Stinco dan Sébastien Lefebvre, yang pada saat itu sedang berada di band mereka masing-masing, dan mereka berniat untuk bergabung membentuk band sendiri.[1] Sementara itu, Reset merilis Album kedua mereka, No Limits. Suatu hari, Comeau dan Bouvier bertemu kembali di konser Sugar Ray[2] dan Bouvier meninggalkan Reset untuk bergabung dengan Comeau. David Desrosiers lalu menggantikan posisi Bouvier di Reset, tetapi dia jga meninggalkan Reset enam bulan kemudian dan bergabung dengan Bouvier.[1][2] Hal ini membuat Bouvier dapat berkonsentrasi pada posisi vokal, setelah sebelumnya sempat merangkap mengisi posisi vokal sekaligus bass.
Asal nama Simple Plan tidaklah jelas. Ketika ditanya, para personel band sering memberikan jawaban berupa lelucon, termasuk salah satunya adalah karena mereka membentuk band sebagai sebuah "rencana dadakan" untuk menghindari bekerja di restoran cepat saji. Tapi bagaimanapun, kemungkinan paling besar, nama "Simple Plan" diambil dari judul film "A Simple Plan",[3][4] atau lagu karya Piebald berjudul "Just a Simple Plan".

2002: No Pads, No Helmets…Just Balls

Pada Maret 2002, Simple Plan merilis studio album pertama mereka, No Pads, No Helmets...Just Balls yang dilanjutkan denga dirilisnya singel: "I'm Just a Kid", "I'd Do Anything", "Addicted", dan "Perfect". Simple Plan tercatat mengatakan bahwa mereka menginginkan album yang murni pop-punk.[5] Judul album ini mengacu pada sebuah frasa populer dari olahraga rugby, "No pads, no helmets, just balls."
Album ini mula-mula dirilis di Amerika Serikat dengan isi dua belas lagu, dengan lagu terakhir "Perfect". Namun edisi bonus dan edisi luar negeri kemudian muncul dalam berbagai versi dengan tambahan dua lagu pada dua belas lagu asli. Sebagai contoh, di edisi Amerika terdapat lagu bonus "Grow Up", dan "My Christmas List", sementara edisi Inggris terdapat lagu "One By One" dan "American Jesus" (live, lagu oleh Bad Religion), termasuk bonus dua video klip "I'd Do Anything" dan "I'm Just a Kid".
Di album ini juga terdapat vokal dari penyanyi dari dua band pop-punk lain, seperti dalam "I'd Do Anything" terdapat vokal Mark Hoppus dari Blink-182, dan dalam "You Don't Mean Anything" terdapat vokal Joel Madden dari Good Charlotte.
Pada tahun 2002, tahun saat Simple Plan merilis album ini, Simple Plan tampil di lebih dari 300 pertunjukan, menduduki posisi puncak chart "Alternative New Artist", dan tampil pada tur Jepang dimana tiketnya terjual habis.[6] Pada 2003, mereka tampil sebagai salah satu band utama di Vans Warped Tour. Juga sebuah penampilam yang terekam dalam sebuah film komedi kritik, Punk Rock Holocaust, dimana empat dari mereka diceritakan terbunuh. Mereka juga tampil dalam Warped Tour tahun 2004 dan 2005. Juga di 2003, mereka menjadi aksi pembuka untuk tur "Try To Shut Me Up" milik Avril Lavigne.[6] Sebagai tambahan beberapa tur, mereka juga menjadi aksi pembuka untuk Green Day danGood Charlotte.[6] Album ini terjual 1 juta copy hingga awal 2003 tetapi album ini telah terjual 4 juta copy di seluruh dunia, menjadikan album tersukses mereka secara komersial.

2004: Still Not Getting Any…

Pada Oktober 2004, Simple Plan merilis album kedua mereka yang berjudul Still Not Getting Any..., yang nantinya diikuti oleh singel "Welcome to My Life", "Shut Up!", "Untitled (How Could This Happen to Me?)", dan "Crazy".
Seperti disebutkan sebelumnya, ketika menulis materi album "No Pads, No Helmets…Just Balls", para personel Simple Plan menginginkan album yang murni pop-punk. Tetapi kali ini, dalam proses menulis album "Still Not Getting Any…", mereka mengatakan bahwa mereka tidak ingin membatasi diri mereka pada genre punk, tetapi agaknya membiarkan diri mereka untuk menulis "musik yang baik".[5]
Simple Plan tampil di Massachusetts pada Mei 2005.
Berdasarkan bonus DVD dari "Still Not Getting Any…", selama pembuatan album, para personel Simple Plan sempat memikirkan beberapa nama unutk album ini, seperti "Get Rich or Die Trying" dan "In The Zone". Mereka memilih nama "Still Not Getting Any…" (arti: Masih Tidak Bisa Mendapatkan … satupun) untuk beberapa alasan. Alasan yang paling terkenal dan kira-kira paling mewakili adalah karena mereka berpikir bahwa mereka belum mendapatkan penilaian yang bagus, Pierre Bouvier menambahkan bahwa mereka baru mendapatkan satu penilaian yang baik, yaitu dari Alternative Press. Alasan yang lain adalah bahwa saat itu mereka masih belum mendapatkan respek yang baik. Ada banyak lagi alasan yang diutarakan oleh mereka, karena kata apapun benar-benar dapat diletakkan di bagian elipsis pada judul tersebut. Chuck Comeau menambahkan bahwa nama album tersebut "serba guna".
Sementara itu , dari segi musik "Still Not Getting Any…" menunjukkan perubahan yang dramatis dari gaya bermain Simple Plan. Mereka masih dapat menjaga gaya mereka untuk tetap menggunakan lirik downbeat yang dipadu dengan musik upbeat, tetapi mereka berhasil untuk keluar dari standar genre pop-punk. Walaupun banyak lagu dari album ini yang masih membawakan perasaan labil seorang remaja seperti lagu "I'm Just a Kid" dari album mereka sebelumnya, secara umum album ini cenderung ke tema lirik yang lebih dalam dan lebih dewasa, termasuk juga suara musik yang terdengar sedikit lebih keluar dari gaya pop-punk murni. Beberapa penilaian profesional menekankan pada penyertaan elemen rock "klasik" dan "tendensi", mengatakan bahwa album ini "tidak menekankan pop-punk yang sangat aktif dalam tujuan membentuk rock modern yang dibentuk dengan rapi dan tidak basa-basi".[7]

2008: Simple Plan

Setelah sekitar satu setengah tahun dalam tur "Still Not Getting Any…", mereka mengakhiri tur tersebut pada Februari 2006, untuk kemudian mengambil waktu istirahat singkat sebelum memulai pekerjaan pada album ketiga mereka. Pierre Bouvier melalui situs blog MySpace resminya mengatakan bahwa ia sedang menuju Miami pada 21 Maret 2007 untuk bekerja dengan seorang produser yang saat itu belum diketahui siapa, yang kemudian diketahui adalah Dave Fortman. Simple Plan mulai memasuki studio untuk tahap pra-produksi di Los Angeles pada 29 Juni. Pada 15 Juli mereka kembali ke Montreal untuk merekam lagu mereka di Studio Piccolo, studio yang sama tempat mereka merekam "Still Not Getting Any…." Ketika mereka selesai merekam seluruh lagu, mereka kembai ke Miami untuk tahap mixing dan mastering. Beberapa sentuhan akhir pada album dilakukan diNew York dan album mereka resmi selesai pada 21 Oktober 2007, walaupun kemudian mereka kembali ke studio untuk merekam ulangabeberapa lirik dalam lagu "Generation".
Simple Plan tampil dengan empat personel di Dubai pada 5 Desember 2008 karena ketidakhadiran David Desrosiers
"When I'm Gone", singel pertama dari album Simple Plan dirilis pada 29 Oktober 2007. Album Simple Plan diproduseri oleh Dave Fortman, yang terkenal atas kerjanya dengan Avril Lavigne dan Kelly Clarkson. Pada 17 Februari 2008, Simple Plan mendapatkan posisi chart tertinggi mereka di Inggris, setelah dua album sebelumnya gagal memasuki chart disana. Pada 29 November 2007, Simple Plan mengumumkan akan menunda tanggal rilis album dari sebelumnya 29 Januari 2008 menjadi tanggal 12 Februari 2008. Mereka juga merilis album dengan label "Japan version", dengan tambahan 2 lagu, yang dirilis seminggu lebih awal, yaitu pada 6 Februari 2008. Album ini adalah album yang paling gagal menuai sukses jika dibandingkan dengan seluruh album mereka.[8]
Setelah menyelesaikan tur promosional internasional mereka, Simple Plan tampil pada beberapa acara liburan pada Desember 2007. Pada 1 Juli 2008, mereka membuat konser gratis di Quebec City, Plains of Abraham, menarik 150.000 penonton ke acara Canada Day.[9]Setelah kemabali dari Asia tengah dan timur pada akhir Juli, mereka kembali pada tur ke seluruh Kanada[10] bersama dengan Faber Drivedan Cute is What We Aim For.[11] Metro Station dan The All-American Rejects sebenarnya dijadwalkan untuk ambil bagian dalam tur tersebut, namun dibatalkan karena suatu hal. Mereka kembali pada tur penuh Eropa kedua mereka pada 28 Oktober hingga 29 November, dengan Estonia dan Polandia untuk pertama kalinya. Simple Plan juga tampil di Tel Aviv dan Dubai pada awal Desember, dimana pada konser ini mereka tampil dengan empat personel mengikuti absennya bassist David Desrosiers karena masalah keluarga dan digantikan sementara oleh Sébastien Lefebvre untuk mengisi posisi bass.

2011: Get Your Heart On!

Simple Plan merilis album keempat mereka yang berjudul Get Your Heart On! pada 21 Juni 2011. Album ini diproduseri oleh Brian Howes.[12][13] Album mereka kali ini adalah kali kedua mereka berkolaborasi dengan artis lain sejak album No Pads, No Helmets...Just Balls bersama Mark Hoppus (Blink-182) dan Joel Madden (Good Charlotte). Pada album ini, mereka berkolaborasi dengan Rivers Cuomo (Weezer), Natasha Bedingfield, K'naan dan Alex Gaskarth (All Time Low).[14] Pada 20 April mereka mengumumkan bahwa "Jet Lag" akan menjadi singel pertama dari album ini. Lagu tersebut dirilis dalam versi Inggris dan Perancis dimana Simple Plan berkolaborasi dengan Natasha Bedingfield dan Marie-Mai pada masing-masing lagu.[15] Untuk mempromosilan lagu tersebut, sebuah layanan bernama "JetLag Airlines" dibuat di situs web mereka, berisi berita, lirik, daftar lagu, dan video terkait album keempat mereka. "Jet Lag" diputar perdana pada 25 April, sementara video musiknya dirilis pada 4 Mei bersama Natasha Bedingfield dan 16 Mei bersama Marie-Mai.

Personil

  • Pierre Bouvier ─ Vokal (1999-sekarang), bass (1999-2000)
  • Chuck Comeau ─ Drum, perkusi (1999-sekarang)
  • Sébastien Lefebvre ─ Gitar-rhythmbacking vocal (1999-sekarang)
  • Jeff Stinco ─ Gitar-lead (1999-sekarang)
  • David Desrosiers ─ Bass, backing vocal (2000-sekarang)

Album

  • No Pads, No Helmets...Just Balls (2002)
  • Still Not Getting Any... (2004)
  • Simple Plan (2008)
  • Get Your Heart On! (2011)
  • Get Your Heart On - The Second Coming! (2013)

Avenged Sevenfold

A7x2013.jpg


Avenged Sevenfold (atau dipanggil A7X) adalah band Hardrock Amerika dari Huntington BeachCalifornia, yang dibentuk pada tahun 1999. Band ini terdiri dari vokalis M. Shadows, lead guitar Synyster GatesZacky Vengeance rhythm guitar, bassist Johnny Christ, dan Drummer Arin IlejayBand ini dikenal dengan genre Metalcore pada debut mereka Sounding the Seventh Trumpet, yang mengandung banyak vokal scream. Band ini mengubah gaya mereka di album ketiga mereka, City of Evil, yang menampilkan vokal melodis dan power ballad. Band ini terus mengeksplorasi suara baru dengan mengeluarkan yang berjudul Avenged Sevenfold dan menikmati kesuksesan sebelum drummer mereka, James "The Rev" Owen Sullivan, meninggal karena penyakit jantung karena dampak gabungan dari obat dan alkohol di tubuhnya pada tahun 2009. Meskipun drummer sudah meninggal, band ini melanjutkan dengan bantuan mantan drummer Dream Theater Mike Portnoy untuk merilis dan melakukan tur dalam mendukung Nightmare, album kelima mereka pada tahun 2010 yang menjadi album top di Billboard 200. Akhir - akhir ini, album keenam mereka, Hail to the King menjadi album nomor satu di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Finlandia, Brazil, dan Irlandia.
Sampai saat ini, Avenged Sevenfold telah merilis enam album studio, satu album live, kompilasi, DVD, dan delapan belas single dan terjual lebih dari 8 juta album di seluruh dunia

Genre

Material Avenged Sevenfold meliputi berbagai genre dan telah berkembang selama sepuluh tahun karirnya . Awalnya, debut album Sounding the Seventh Trumpet terdiri hampir seluruhnya dari Metalcore, namun ada beberapa penyimpangan untuk genre ini, terutama dalam "Streets" yang mengadopsi gaya punk dan "Warmness on the Soul," yang merupakan piano balada-oriented. Pada Waking the Fallen, band metalcore ditampilkan dengan gaya kontemporer sekali lagi, tetapi menambahkan vokal bersih lebih luas serta unsur-unsur musik yang lebih matang dan rumit. Dalam band DVD All Excess, produser Andrew Mudrock menjelaskan transisi ini: "Ketika saya bertemu band setelah Sounding the Seventh Trumpet telah keluar sebelum mereka telah mencatat Waking the Fallen, M. Shadows berkata kepadaku 'rekaman ini scream. kami ingin membuat akan menjadi setengah-setengah scream dan bernyanyi. Aku tidak ingin menjerit lagi dan catatan setelah itu akan menjadi bernyanyi semua.. ""
Di City of Evil, album ketiga Avenged Sevenfold, band ini memilih untuk meninggalkan genre metalcore, mengembangkan gaya rock yang lebih keras. Album Avenged Sevenfold's self-titled, sekali lagi, terdiri dari beberapa penyimpangan untuk genre yang kurang konsisten dan gaya dari main hard rock dan lagu-lagu heavy metal, terutama dalam "Dear God", yang mengadopsi gaya country dan "A Little Piece of Heaven ", yang dilingkari dalam pengaruh lagu pertunjukan Broadway, terutama menggunakan instrumen kuningan dan gesekan orkestra untuk mengambil alih sebagian dari peran memimpin dan gitar ritme. Nightmare mengandung penyimpangan lebih lanjut, termasuk piano ballad yang disebut "Fiction" dan kembali singkat ke akar Metalcore mereka pada "God Hates Us". Band ini telah banyak berubah sejak album pertama mereka, di mana selama waktu itu mereka telah ditandai sebagai band berat dengan menjerit dan menggeram gaya vokal dikombinasikan dengan vokal bersih, menenggak riff gitar dan kerusakan yang satu dapat harapkan dari genre Metalcore.

Nama band dan konten lirik

Avenged logo.png
Dalam sebuah wawancara untuk Majalah Skratch M. Shadows mengatakan "nama itu sendiri berasal dari Alkitab ini pada dasarnya pembunuhan pertama di Bumi antara Kain dan Habel.. [namanya adalah] 'apa yang terjadi di sekitar, datang sekitar' semacam itu. Dan hanya sehingga tidak ada kebingungan, Avenged Sevenfold bukan band agama "Bagian dari Alkitab dimana nama datang adalah Kejadian (King James Bible) - khususnya Kejadian 4:15, dimana Cain dihukum hidup di pengasingan untuk membunuh saudaranya. "Dan TUHAN berfirman kepadanya, demikian Kain barangsiapa slayeth, dendam harus diambil pada dirinya tujuh kali Dan TUHAN membuat tanda pada Kain, supaya setiap menemukan dia harus membunuh dia.". Singkatan "A7X" untuk nama band mereka adalah gagasan gitaris Zacky Vengeance. Judul lagu Avenged Sevenfold's "Chapter Four" mengacu pada bab keempat kitab Kejadian, di mana cerita Kain dan Habel terjadi. Subjek lagu juga tampaknya cerita ini. "Beast and the Harot", namun lagu lain yang berasal dari Alkitab, berasal dari Kitab Wahyu hanya itu ditulis dalam orang pertama dan mengacu pada hukuman Babel Besar, kerajaan dunia dan kursi dari agama palsu.
Referensi lain Alkitab terjadi dalam lagu "The Wicked End". Dalam lagu ini, beberapa kali dikatakan "dust the apple off, savor each bite, and deep inside you know Adam was right" membuat rujukan kepada Hawa memakan buah terlarang. Walaupun judul dan nama band panggung anggota 'membuat referensi untuk agama, Shadows dinyatakan dalam sebuah wawancara bahwa mereka bukan band agama. "Siapa saja yang membaca lirik dan benar-benar tahu apa-apa tentang kami, mereka akan tahu kita tidak mempromosikan,"katanya. "Itu satu hal tentang band ini, bahwa aku mengasihi bahwa kita tidak pernah benar-benar mendorong berbagai macam, seperti, keyakinan politik atau agama pada orang. Kami hanya musik di sana untuk menghibur dan mungkin pemikiran di kedua sisi, tapi kita tidak mencoba. Seperti, benar-benar mendorong sesuatu ke dalam tenggorokan seseorang. Ada terlalu banyak band yang melakukan itu saat ini, saya pikir.. "Band ini memiliki beberapa lagu yang agak politik di alam seperti "Critical Acclaim", "Gunslinger" dan "Blinded in Chains". Lagu "Betrayed" dalam album City of Evil menceritakan tentang "kematian Dimebag Darrell's".

The Deathbat

The Deathbat
Logo band yang dikenal sebagai "Deathbat". Ini pada awalnya dirancang oleh seorang teman seni SMA Avenged Sevenfold, Mikha Montague, seperti yang terlihat pada DVD pertama. The Deathbat telah muncul di semua album band, banyak yang dilakukan oleh Cameron Rackam, teman dekat dari band. The Deathbat telah berkembang dari hanya menjadi tengkorak dengan sayap kelelawar, untuk kadang-kadang muncul sebagai "ukuran orang" kerangka penuh dengan sayap kelelawar, seperti dapat dilihat pada cover album City of Evil dan Nightmare dan pada single "Dear God" dan "Scream". Pada Sounding the Seventh Trumpet, ada gambar dua orang (di mana tampaknya Kain dan Habel), seorang malaikat lain seperti manusia dan Deathbat semi-opak di bawahnya, beberapa Deathbat muncul di bagian belakang sampul album juga. Para Deathbat juga muncul di sampul sejumlah single seperti "Bat Country", "Warmness on the Soul" dan "Critical Acclaim".
Anggota
Para anggota band sesekali memainkan instrumen selain instrumen utama mereka tercantum di bawah ini.
Anggota Aktif
  • M. Shadows – lead vocals (1999–sekarang)
  • Zacky Vengeance – rhythm guitar,backing vocals (1999–sekarang)
  • Synyster Gates – lead guitar, backing vocals (2000–sekarang)
  • Johnny Christ – bass, backing vocals (2003–sekarang)
  • Arin Ilejay - drum (2011-sekarang)
Mantan Anggota
  • The Rev – drum,vocal (1999–2009)
  • Matt Wendt – bass (1999–2000)
  • Justin Sane – bass (2000–2002)
  • Dameon Ash – bass (2002–2003)
Anggota Tambahan
  • Mike Portnoy - drum (2010)

Jumat, 17 Oktober 2014

Mengatasi Banjir di Jakarta


Banjir ialah peristiwa terendamnya suatu daratan oleh aliran air. Peristiwa ini biasanya terjadi di daerah bantaran sungai karena meluapnya air sungai yang biasanya terjadi pada musim hujan.

Banjir merupakan bencana alam yang terjadi bukan hanya karena faktor alam tetapi juga faktor manusia. Tingkah laku manusia yang suka merusak lingkungan akan mempercepat terjadinya banjir. Beberapa tingkah laku manusia yang merusak seperti membuang sampah ke sungai, menebang pohon di hutan secara liar, pembuatan pemukiman di bantaran sungai. itu beberapa yang dapat menyebabkan banjir.

Salah satu daerah yang tak luput dari banjir tiap tahun ialah Jakarta. Padahal Jakarta merupakan ibu kota negara yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia. Jika terjadi banjir maka aktivitas ekonomi menjadi terhambat. Hal ini tentu sangat tidak diinginkan.

Banjir di Jakarta ini sering terjadi pada musim hujan karena pada saat itu air hujan yang turun dan mengalir melalui sungai-sungai yang berasal dari daerah sekitar Jakarta seperti Bogor, akan mengirimkan jumlah air yang begitu besar ke sungai-sungai di Jakarta. Pada keadaan normal tentu hal ini tidak akan berdampak banjir, tapi karena keadaan sungai di Jakarta yang banyak mengalami pendangkalan oleh sampah-sampah di sungai dan juga penyempitan karena adanya pemukiman penduduk mengakibatkan aliran tidak mengalir secara normal.

Jika dilihat secara geografis, Jakarta yang merupakan daratan rendah yang memiliki 13 sungai, belum termasuk sungai-sungai kecil lainnya ditambah pemukiman penduduk yang begitu padat menjadikan banjir merupakan hal yang tak bisa dihindari apalagi karena sampah yang menumpuk disungai tentu akan lebih memperparah banjir. Selain itu kurangnya lahan hijau untuk penyerapan banjir mungkin menjadi alasan kenapa pemukiman bisa terendam banjir berhari-hari bahkan berminggu-minggu.

Mengatasi banjir di Jakarta tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu  penanganan yang intensif tidak hanya dari pemerintah tapi juga melibatkan masyarakat dan tentunya butuh waktu yang tidak sebentar. Hal mendasar yang dapat kita lakukan ialah dengan melakukan pencegahan, dengan cara mengurangi faktor penyebab terjadinya banjir. Tindakan seperti menjaga kebersihan sungai tentu akan sangat membantu karena sungai yang bersih akan memperlancar aliran sungai. Selanjutnya dengan menanam pohon disekitar rumah atau dengan membuat lubang biopori agar air hujan dapat cepat meresap ke tanah.

Pemerintah DKI Jakarta pun tidak tinggal diam dengan banjir yang melanda tiap tahunnya. beberapa proyek telah dilakukan oleh para jajaran pemerintahan di DKI Jakarta. Tentu kita pernah mendengar proyek pembangunan Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat, pembangunan kanal ini diharapkan mampu mempercepat pergerakan aliran air sungai ke laut. Pembuatan cakung drain untuk menyedot air sungai cakung, dan yang terbaru pembuatan sodetan kali ciliwung yang nantinya air dari kali ciliwung akan di alirkan ke Banjir Kanal Timur. Lalu ada rencana akan di buat Giant Sea Wall untuk mencegah banjir Rob. Hal yang tak kalah penting dari proyek-proyek miliaran rupiah di atas tentunya adalah dengan melakukan normalisasi sungai. Karena yang menjadi penyebab utama banjir adalah keadaan sungai yang telah rusak dan harus di perbaiki.

Mungkin memang butuh banyak waktu, tenaga, pikiran, dan biaya untuk menjadikan Jakarta bebas banjir. Tapi dengan kesabaran, ketekunan, dan kepedulian kita. Membuat Jakarta bebas banjir bukanlah hal yang mustahil. Jadi jagalah lingkungan kita, tanam pohon, bersihkan sungai, dan hiasi Jakarta dengan cinta dan kepedulian lingkungan.